08 Juli 2009

MICHAEL JACKSON: Makhluk yang celaka bag II

Belakangan ini istri Boediono sang calon Wapres ( dan sepertinya sudah pasti jadi wapres baru) dianggap bukan beragama sama dengan kebanyakan manusia di negeri ini oleh sebagian orang.

Juga yang teranyar adalah kabar dari burung yang tidak jelas nama dan bentuknya bahwa si Michael Jackson sudah memeluk agama baru. Dan tentu saja kabar dari sang "burung entah" ini dianggap membawa berkah bagi mas Jackson karena terlepas dari celaka api neraka sesudah dia meninggal. Lha bukti yang dipakai adalah adalah kabar dari "burung tidak bernama" itu adalah bahwa sang legenda menyanyikan lagu pujian kepada Sang Pencipta. Kabar ini tentu saja dipuji oleh para "pembimbing rohani di TV" yang dengan wajah terharu dan bahagia lalu menyampaikannya kepada kita semua.

Apakah istri Boediono dan Pak Boed sendiri bahagia dengan kabar ini? Mungkin saja TIDAK karena cerita kosong ini justru bisa mencelakakan pencalonan Pak Boed. Bisa Jadi para team sukses akan berkata dalam hati " celaka deh..., bisa-bisa ini menjadi senjata ampuh untuk menggagalkan proses persaingan" Tentu saja kabar burung tentang keyakinan Bu Boed sengaja dibuat untuk mencelakakan pak Boed sehingga Pak Boed dianggap tidak layak menjadi manusia nomer 2 di republik ini,padahal bisa jadi keyakinan Bu Boed sungguh menentramkan hati, dan juga sangat dicintai oleh Sang Pancipta.

Apakah Mas Michael juga bahagia meskipun dia sendiri tidak merasakan apa-apa lagi karena sudah meninggal? Saya tidak tahu apakah mereka yang sudah meyakini bahwa mas Michael tidak pindah keyakinan juga MASIH AKAN TETAP didoakan menurut keyakinan orang yang sudah menerima kabar angin itu. Bisa jadi Mas Michael akan menjadi orang yang lebih celaka di akherat sana karena ternyata keyakinannya adalah musuh besar beberapa keyakinan di bumi ini, saksi Yehovah.

Inilah hebatnya manusia! Lagi-lagi Sang Pencipta dipermainkan sekaligus dipermalukan oleh ciptaanya sendiri. Kenapa manusia begitu mudahnya mencelakakan manusia lain karena berbeda dan "DIANGGAP" berbeda? Apakah Bu Boed dianggap bukan manusia yang sama dengan sebagian orang sehingga Pak Boed juga harus menerima getahnya? Manungsa kuwi apa pancen senenge gawe cilaka marang liyan? Apakah Sang Pencipta memang mengharapkan tiap ciptaanya bersifat dan harus membedakan manusia lain?

Punapa leres Gusti ngripta jalma manungsa ingkang benten punika inggih supados para jalma ugi mbenten-mbentenaken? Benarkah Yang Di Atas menciptakan manusia yang berbeda ini supaya manusia juga membedakan manusia lain? Kalau memang benar demikian, lalu apa artinya "NGUWONGKE" alias MEMANUSIAKAN? Apakah setiap pribadi berbeda ini tidak dianggap manusia sehingga harus dimanusiakan? Kalau demikian, memang benar-benar celaka lah Mas Michael dan Pak dan Bu Boediono. Lalu, apa arti Wong 'urip' kuwi kudu tresna-tinresnan marang PEPADA? Manusia yang hidup itu harus saling mencintai SESAMANYA. Kenapa kata 'pepada-sesama' hanya dilekatkan kepada orang yang segologan dan memakai kata "LIYAN", "orang lain" dilekatkan pada manusia yang berbeda dan dianggap berbeda? Apakah 'Liyan' dan bukan ' pepada' harus dicelakai sekaligus dicelakakan?

Tanpa sadar mungkin kita sudah mencelakakan Sang Pencipta sendiri karena sudah menciptakan manusia yang memang sudah direncanakan berbeda olehnya. Lalu sebenarnya, siapa kah yang celaka? Kita yang merasa sama terhadap mereka yang berbeda atau mereka yang merasa sama terhadap kita yang berbeda? Atau semuanya adalah si celaka?
Mungkin saja kita lebih senang mengatakan mereka lah yang celaka> Dan, saat itu juga kita lupa bahwa mereka yang berbeda dalah ciptaan dari YANG SAMA DAN SATU.

Saya mungkin hanya berani berbisik kepada Bu Boediono lewat burung yang membawa kabar: "Bu, saya sangat berbahagia karena Anda sudah diciptakan secara khusus oleh Sang Pencipta untuk memperindah keberagaman manusia di republik ini" Dan pasti saya juga hanya berani menitip kata lewat angin yang berhembus lembut : " mas, temuilah Sang Pencipta secara khusus karena Anda tidak termasuk orang yang celaka". Sekaligus menitip pesan kepada Sang Pencipta untuk menguatkan kami yang masih celaka di dunia ini untuk lebih memaknai dan mencintai "pepada - sesama" daripada mencelakai "liyan - orang lain".