26 Juni 2010

ANGGAPAN

Apakah anggapan itu? Apakah anggapan selalu datang dari luar diri pribadi?

Anggapan adalah "merasa" dan 'berpikir" yang dilakukan oleh setiap manusia atas sesuatu, jadi pasti berkaitan dengan hati dan pikiran manusia, entah benar atau tidak- meskipun benar dan salah adalah ukuran yang tidak pasti. Ketika seseorang merasa bahwa dirinya tidak melakukan kesalahan, maka dia biasanya langsung membuat anggapan bahwa dirinya benar, sama halnya ketika seseorang berpikir bahwa orang lain tidak benar maka dia juga membuat anggapan bahwa orang lain jelek. Atau, sebaliknya ketika seseorang merasa dan berpikir bahwa dirinya jelek maka dia membuat anggapan bahwa dirinya adalah pribadi yang celaka dan barangkali tidak diinginkan oleh orang lain, atau tidak berguna bagi sesamanya, terbuang, atau apa saja yang sekiranya paling dekat dengan 'merasa dan berpikir"nya atas diri pribadinya. Jadi, anggapan bisa bermula dari "merasa dan berpikir" baik terjadi secara sendiri-sendiri atau bisa jadi bersamaan diantara keduanya.

Suatu saat seseorang merasa bahwa dirinya adalah orang yang punya sesuatu yang membanggakan, lalu dia menganggap bahwa dirinya bisa melakukan sesuatu yang tidak biasa. Tapi, pada suatu saat orang lain mengatakan bahwa dia masih belum bisa melakukan banyak hal, belum mampu. Jadi dia menganggap diri pribadi saya menurut ukurannya dan orang lain menganggap dirinya dengan ukuran orang lain. "Merasa dan berpikir" dia ternyata salah menurut "merasa dan berpikir" orang lain, dan itu membuat dia jatuh pada kekecewaan. Lalu dia hanya berpijak pada " rumangsa". Tapi, bisa jadi orangyang lain lagi menganggap bahwa dia punya sesuatu yang sama dengan 'merasa dan berpikir"nya. Jadi, orang ketiga sama dengan orang pertama, dab berbeda dengan " merasa -berpikir" orang kedua.

Apakah anggapan bisa salah?

Salah atau tidak bukan menjadi ukuran yang tepat karena Sang Pencipta tidak mengatakan apa pun tentang salah dan benar tentang anggapan diri. Sang Pencipta bahkan memberi kebebasan untuk "merasa dan berpikir" yang bahkan bisa menolak keberadaan Sang Pencipta sendiri. Misalnya, orang beranggapan bahwa dia harus membela dan melindungi Sang Pencipta dari manusia lain yang dianggap menghina Sang Pencipta. Apakah ini salah? Tentu tidak bisa disalahkan karena ukuran yang dia pakai adalah ukurannya sendiri dan anggapan sendiri. "merasa dan berpikirnya" dia adalah hak dia. Tapi barangkali yang baik adalah " merasa dan berpikir" sesuai dengan kesadaran diri akan tempatnya dalam duna ini. Jadi, anggapan dia sebenarnya adalah cerminan dari " rumangsa- anggapan berdasarkan merasa dan berpikir pada diri sendiri" dan belum memasuki apa yang disebut orang Jawa sebagai "ngrumangsani - anggapan atas anggapan diri sendiri berdasarkan kesadaran akan keberadaannya " sebagai hasil dari ciptaan Sang Pencipta.

Jadi, tidak salah juga kalau si A beranggapan bahwa dirinya mempunyai kelebihan daripada orang lain dan tidak salah juga orang lain mengatakan bahwa si A sebetulnya tidak punya kelebihan apapun yang bisa dibanggakan. Juga bisa dibenarkan kalau si A malah merasa bahwa dia tidak punya apa pun yang bisa dibanggakan sementara orang lain beranggapan yang sebaliknya.

Jadi, anggapan tidak pernah salah tetapi yang perlu menjadi permenungan dalam keheningan hati adalah anggapan atas anggapan diri pribadi sebagai makhluk ciptaan, sadar di mana dan harus bagaimana bertindak dan mengisi hidup ini sebagai bentuk penghormatan kepada sesama sebagai cerminan penyerahan diri secara pasrah kepada Sang Pencipta. Anggapan bahwa Si A lebih daripada Sang pencipta juga tidak salah, tetapi juga harus siap ada anggapan lain dari orang lain atas anggapan si A yang dianggap tidak sadar.

Rumangsa berbeda dengan ngrumangsani.