27 April 2010

PANGAREP-AREP KANG TREP.


Pangarep-arep adalah berharap dan harapan sekaligus. Trep adalah cocok, selaras, sesuai dengan situasi, harmonis. Jadi, pangerep-arep kang trep berarti (berpeng)harapan yang sesuai,selaras, dan pada akhirnya akan mewujudkan harmonisasi.

Berharap karena ada harapan adalah hal yang sangat manusiawi, wajar dan pasti didasari oleh kepercayaan bahwa Sang Pemberi akan mengabulkan – setidaknya – mendengarkan apa yang kita harapkan. Berharap dan harapan memang selayaknya disertai rasa mantap, ‘yen duwe pengarep-arep kuwi ya kudune mantep supaya bisa kaleksanan – kalau berpengharapan, sebaiknya yang mantap supaya bisa terkabul”. Kalau tidak ada kemantapan, tidak hanya dengan berharapan tetapi juga dalam banyak hal, seharusnya kita juga sadar bahwa harapan itu tidak akan selalu terwujud.

Lalu, bagaimana “pengertian” kita tentang trep? Tutup teko akan dikatakan trep kalau tutup itu bisa menutup teko dengan keocokan yang tinggi dan setidaknya cocok dengan keinginan atau kebutuhan si gelas. Trep juga sering dimaknai mengahalangi tumpahnya isi dari satu tempat, membuat tidak bocor.

Pertanyaannya adalah: apa yang dipakai sebagai ukuran? Apakah sesuai-selaras, cocok itu? Apakah itu berdasarkan kebutuhan kita? Ataukah itu berdasarkan keinginan kita semata yang kadang tidak masuk akal? Pertanyaan berikutnya adalah : apakah ada keinginan yang tidak masuk akal?

Pangarep-arep tentu saja berdasarkan keinginan dan keyakinan- entah masuk akal atau tidak - tetapi kadang lupa bahwa apa yang pangarep-arep itu bisa jadi sulit terkabul – mokal ora tinemu nalar – tidak mungkin dan tidak masuk akal. Apakah kita bisa berharapan menjadi kaya raya padahal kita tidak mau berusaha? Orang Jawa sering mengatakan bahwa kita sebaiknya “ ndelok githoke dhewe, ngukur klambine dhewe- melihat punggung sendiri, mengukur baju sesuai ukuran badan kita”. Bisa jadi kita merasa mantap dengan keinginan kita kaya raya tanpa berusaha, tapi apakah bisa terwujud? Orang mungkin akan berkata “ isa kawujud - bisa terjadi”. Tapi pertanyaannya dalah apakah itu trep-selaras,sesuai? Rasa mantap ini bisa berbahaya karena kita akan terseret dan terbuai dalam berharapan semu, hidup dalam mimpi, yang pada akhirnya mengganggu harmoni baik dengan diri pribadi maupun di luar diri pribadi.

Mungkin akan berbeda halnya kalau kita berharapan dengan selaras-sesuai. Dalam berharapan yang selaras adalah berharapan yang sudah diukur dengan kebutuhan, wis tinukur. Artinya, kesadaran kita yang membimbing bagaimana kita berharapan. “Trep kuwi wus tinukur kanthi pener lan wening- selaras itu sudah terkukur dengan benar dan hati bening”, dan akhirnya kita akan merasa mantap dengan pangarep-arep, berharapan itu. Pengarep-arep kang trep bisa jadi juga tanda bahwa kita tidka terseret dalam harapan semu dan sadar bahwa apapun yang terjadi akan kita terima karena semua itu tinemu ing nalar-masuk akal. Trep juga menandakan bahwa kita berdamai dengan diri pribadi dan dengan luar diri pribadi yang pada akhirnya membuat harmoni lebih membumi.


gusti kawula sembadanana panyuwun kawula